Impulse
Buying, menurut saya adalah dorongan belanja atau belanja
yang tidak direncanakan atau bisa dibilang dadakan. Hal ini bisa terjadi kapan
saja dan dimana saja. Misalkan, pada saat sedang berada di pusat perbelanjaan
atau mall, lalu melihat suatu barang
bagus dan pada saat itu juga langsung tertarik, dan membelinya. Dapat dilihat
bahwa impulse buying ini terjadi
secara reflek, spontan, dan otomatis,
karena adanya ketertarikan langsung konsumen terhadap suatu produk yang
dilihatnya secara tidak disengaja. Impulse
buying juga bisa terjadi saat sedang melihat iklan di televisi, atau
melihat selebaran brosur, atau billboard
di pinggir jalan, yang menawarkan suatu produk, konsumen yang melihatnya
langsung tertarik untuk membelinya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Nielsen,
ternyata 85% pembelanja di ritel modern Indonesia cenderung untuk berbelanja
sesuatu yang tidak direncanakan. Ini dapat dilihat pada grafik, di mana 61%
konsumen biasanya memang merencanakanmembeli sesuatu sehingga mereka datang ke
ritel. Namun demikian, mereka kadang-kadang juga membeli sesuatu yang lain.
Artinya, mereka juga melakukan pembelian yangdirencanakan. Sebanyak 13%
konsumen selalu membeli sesuatu yang lain, dan bahkan10% benar-benar tidak merencanakan
untuk membeli.Memang wajar jika seorang konsumen datang ke supermarket atau hypermarket karena dorongan untuk
membeli sesuatu. Namun kebiasaan membeli tanpa perencanaanselalu hinggap di
benak konsumen pada saat masuk ke ritel tersebut.
Impulse
buying bukan hanya terjadi di konsumen Indonesia,
tetapi juga di banyak negara. Namun dari sebuah observasi, ternyata diketahui
bahwa kecenderungan melakukan impulse
buying terbesar yaitu di negara-negara kawasan Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Impulse
buying
bisa disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini:
1.
Display / tampilan/ merchandising/ signage
Saat konsumen hendak membayar
belanjaannya di kasir, lalu di dekat-dekat kasir ada misalkan permen, cokelat,
majalah, dengan harga yang terjangkau
2.
Latah atau ikut-ikutan
Melihat ada orang yang
mengambil suatu barang tertentu, yang si konsumen beranggapan produk tersebut
dapat mempercantik penampilannya. Atau bisa juga saat ada kerumunan orang-orang
yang memperebutkan suatu produk tertentu, karena mungkin sedang ditawarkan
dengan harga yang lebih murah, padahal si konsumen itu tidak membutuhkan produk
tersebut, atau bahkan mungkin sebenarnya stock produk tersebut masih banyak di
rumahnya.
3.
Rayuan Sales Promotion Girl
Sebenarnya konsumen tidak mau
membeli, tapi karena “dirayu” oleh sales promotionnya, bisa saja jadi tergoda
untuk melakukan pembelian, atau bisa juga karena kasian dan merasa tidak enak
untuk menolak sales promotion tersebut.
Jenis
impulse buying:
- Reminder impulse buying , yakni terjadi pada saat konsumen di toko, melihat produk dan kemudian membuatnya mengingat sesuatu akan produk tersebut. Bisa jadi dia ingat iklannya atau rekomendasi orang lain.
- Pure impulse buying , terjadi ketika si konsumen benar-benar tidak merencanakanapa pun untuk membeli.
- Suggested impulse buying, dimana si pembelanja diperkenalkan produk tersebutmelalui in-store promotion.
- Planned impulse buying, dimana si konsumen sebenarnya memiliki rencana,namun keputusan membelinya tergantung pada harga dan merek di toko tersebut.
Nah, sekian pembahasan singkat dari saya. Kesimpulannya, sebenarnya tidak ada
yang salah dengan impulse buying,
hanya saja jangan sampai justru lupa untuk membeli apa yang dibutuhkan, karena
uangnya keburu habis untuk membeli apa yang diinginkan (tidak dibutuhkan) ;)
Sumber referensi: http://www.scribd.com/doc/57391260/Paper-Impulse-Buying
No comments:
Post a Comment